Wahai istriku, malam telah larut, dan aku melihat engkau telah terlelap dengan indahnya menuju mimpi-mimpimu, dapat aku melihat engkau tersenyum dengan indahnya di dalam tidurmu. Wahai istriku, beristirahatlah sebentar sebelum engkau bangun untuk mengerjakan sholat malammu…
Wahai istriku, dapat aku melihat bulir-bulir keringat membasahi keningmu, mungkin karena udara yang terasa panas di malam ini membuatmu banyak berkeringat dalam tidurmu, memang kamar yang sempit ini tidak memiliki AC, tidak banyak memiliki hiasan dan perabotan yang mahal, tidak juga kita tidur beralaskan tempat tidur yang empuk dan mewah. Namun diriku selalu bersyukur kepada Allah Ta’ala karena engkau menerima semua ini dengan lapang dada dan penuh kesabaran.
Wahai istriku, sewa rumah akan habis satu bulan lagi… dan tabungan kita belum cukup untuk membayar sewa rumah ini satu tahun ke depan, semoga Allah Ta’ala memberikan kita tambahan rizki agar kita mampu memperpanjang sewa rumah kecil ini, agar kita terlindung dari terik panas dan dinginnya malam, agar anak-anak kita pun bisa bernaung dari derasnya hujan dan memiliki tempat bermain. Memang tidak luas rumah yang kita sewa ini, namun bersama dirimu dan anak-anak kita semuanya menjadi teramat indah…kita memang tidak memiliki rumah tempat tinggal yang luas sebagai bagian dari kebahagiaan, namun aku memiliki sebagian kebahagiaan yang lain, yaitu dirimu sebagai istri yang shalihah yang selalu berada di sampingku, bersabar atas semua kesempitan dunia ini.
Wahai ibu dari anak-anakku, terima kasih karena engkau tidak mengeluh karena ketidak mampuan suamimu untuk membelikan sebuah rumah bagimu, terima kasih engkau telah membangkitkan semangatku untuk beribadah kepada Allah Ta’ala di tengah-tengah kesulitan kita, terima kasih atas kesabaranmu mendidik anak-anak kita ditengah kekurangan ini. Terima kasih wahai istriku engkau selalu mengingatkan aku untuk bersyukur kepada Allah Ta’ala atas rizki yang diberikan-Nya kepada kita sehingga kita bisa makan setiap hari tanpa kekurangan.
Wahai istri dari hamba yang dha’if… perkenankanlah suamimu mengajakmu untuk membangun sebuah rumah dan istana yang indah bagimu di surga kelak, dunia ini bukan bagian kita, dan kita tidak akan tinggal lama di dalamnya. Birlah kita kelak keluar dari segala kesempitan ini menuju kelapangan yang indah, insya Allah.
Wahai istriku mari kita bangun sebuah rumah di surga dengan sholat sunnah rowatib, berusahalaH untuk menegakkannya walau di tengah kesibukanmu mengurus rumah tangga dan anak-anak kita, berusahalah demi kebaikanmu dan kebaikan kita semua, aku akan membantumu dalam menjaga anak-anak kita dan membantumu mengerjakan pekerjaan rumah yang mampu aku lakukan.
Wahai istriku, mari kita bangun sebuah rumah di surga dengan meninggalkan debat, demi Alloh, debat itu hanya akan meninggalkan permusuhan dan kebencian, maka bersabarlah di dalam dakwah, ketika engkau sedang menasihati seseorang, maka perhatikanlah hak-haknya, jika dia bertanya kepadamu maka jawablah dengan baik sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, serta bersabarlah, jika ia mendebatmu maka tinggalkanlah dia. Wahai istriku, janganlah engkau banyak bercanda, apalagi jika engkau membumbuinya dengan dusta. Sungguh kedustaan itu akan meruntuhkan bagian rumahmu disurga kelak.
Wahai istriku, perbaguslah akhlakmu, berhiaslah dengan akhlak yang shalihah, berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah ash shahihah, karena bukan saja engkau akan mendapatkan sebuah rumah di bagian teratas surga, engkau juga akan mendpatkan kecintaan dari Allah Ta’ala, kemudian dari aku suamimu, dari anak-anakmu, dari karib kerabatmu dan dari seluruh kaum muslimin.
Wahai istriku, kenalilah dunia dengan segala perangkapnya, dengan segala keburukan di dalamnya, Abu Hazim berkata, “Barangsiapa yang mengenal dunia, niscaya dia tidak akan senang dengan kemegahan yang ada di dalamnya dan tidak akan bersedih dengan bencana yang ada di dalamnya.”
Karena itu wahai istriku mari kita lalui kehidupan di dunia ini sebagaimana seseorang yang asing, sebagaimana seorang pengembara dalam perantauannya, mengambil seperlunya saja apa yang menjadi hak kita, karena kita akan meninggalan negeri perantauan ini dan kembali kepada kampung halaman akhirat yang kekal. Mari kita kumpulkan bekal sebaik-baiknya, semoga kelak ketika kita pulang ke kampung halaman kita, ada sebuah rumah yang indah menanti kita, sebuah rumah yang telah kita bangun sejak jauh hari dari sekarang ini…
ketika masih di dunia ini.
Wallahu a’lam bish showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar